
Rembulan teramat gengsi mengakui kalau sinar matamu lebih pesona dari cahayanya yang bias.
Apalah senja tanpa rona jingga, apalah cinta tanpa rindu mengikutinya dan apalah aku tanpa dirimu.
Ada yang lebih gemuruh dari guruh siang ini, sesuatu yang tak kaudengar namun membisingkan; degup jantungku.
Bagaimana bisa melupakan, jika kau masih menjadi cahaya yang mengalir di mata, suara yang mengendap di telinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar